ISTILAH rating dan share bagi sebagian orang bukan hal yang baru. Selalu dikatakan hidup-mati sebuah program TV tergantung rating dan share yang diraih.
Tetapi hanya sedikit yang memahami makna rating dan share, juga bagaimana rating dan share dihasilkan. Ukuran seperti apakah yang digunakan AGB Nielsen Media Research dalam melakukan penelitiannya? Metode seperti apakah yang dilakukan?
Khusus untuk TV, sebutannya Television Audience Measurement (TAM) yang dilakukan Nielsen di Indonesia dan 26 negara lainnya. Survey itu dirancang bagi pengiklan, agensi iklan, maupun pengelola TV untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik karakter penonton TV dan acuan tontonan TV di kota-kota besar Indonesia.
Sejak 1991, Nielsen Indonesia telah menyediakan laporan rating mingguan bagi stasiun TV dan pengiklan mengunakan Layanan Rating Harian—penonton sampel mencatat acara yang ditonton serta di kanal mana, di dalam buku harian yang disediakan. Hasilnya dikirimkan pada NMR yang kemudian mentransfernya ke komputer.
Tahun 1997 NMR beralih menggunakan Peoplemeter System untuk mengembangkan pengukuran yang lebih akurat menit per menit.. Metode Peoplemeter untuk memperoleh gambaran lebih akurat mencakup 5 kota besar (Jabodetabek, Surabaya, Medan, Semarang, dan Bandung). Pada 2002 di tambah Makassar. Pada 2003 ditambah Yogyakarta (termasuk Bantul dan Sleman) serta Palembang, 2004 (Denpasar), dan 2006 (Banjarmasin). Survey Nielsen mencakup populasi 49,5 juta penonton TV.
Sejak Maret 2007, Nielsen memberikan layanan laporan rating harian. Informasi detil sebuah program acara bisa langsung diketahui sehari setelah acaranya tayang. Rating harian juga mencakup 10 kota besar Indonesia.<!-- more -->
Angka rating dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, misalnya saja durasi suatu program, program tandingan, kualitas gambar yang diterima di rumah, penonton yang ada (available audience), jadwal tayang, waktu-waktu insidentil, juga pola kebiasaan penonton di daerah-daerah tertentu.
Rating program tidak mencerminkan kualitas program. Rating adalah presentase dari penonton suatu acara dibandingkan dengan total atau spesifik populasi pada waktu tertentu. Yang diukur melalui rating ini kuantitas dan bukan kualitas suatu acara.
Rating = Jumlah penonton program A x 100 %
Populasi TV
Populasi TV
Dengan perhitungan rating yang menit per menit, panjangnya program mempengaruhi rating dari satu program. Misalnya program yang tadinya berdurasi 30 menit mempunyai rating 10. Ketika diperpanjang menjadi 60 menit, ratingnya turun menjadi 8 persen, dikarenakan angka pembagi yang semakin besar.
Lantas, apakah share? Apa bedanya dengan rating? Share adalah persentase jumlah pemirsa atau target pemirsa pada ukuran satuan waktu tertentu pada suatu channel tertentu terhadap total pemirsa di semua channel.
Lantas, apakah share? Apa bedanya dengan rating? Share adalah persentase jumlah pemirsa atau target pemirsa pada ukuran satuan waktu tertentu pada suatu channel tertentu terhadap total pemirsa di semua channel.
Share = Program Rating x 100 %
Total Rating
Total Rating
Ada pula istilah Channel Share yakni persentase pemirsa TV di satu periode tertentu pada saluran TV. Rumus perhitungannya sebagai berikut:
Channel Share = Channel Share x 100 %
Total Pemirsa
Total Pemirsa
Pada Channel Share yang dibandingkan bukan lagi acaranya, melainkan stasiun TV-nya.
Singkat kata, beda rating dan share yakni, angka rating menghitung jumlah penonton TV pada sebuah acara, sedang share menghitung persentase penonton TV di antara stasiun TV lain. Misal, jika ada 3 stasiun TV dengan populasi 10 ribu dan TV1 mempunyai angka penonton 2 ribu, TV2 seribu, dan TV3 seribu, maka rating TV1 20% dan share-nya 50%; TV2 rating 10%, share 25%; TV3 rating 10% dan share 25%.
Dalam penentuan responden, NMR menggunakan metode Stratified Random atau acak bertingkat dan dikontrol berdasarkan kelas sosial ekonomi (SES) juga berdasarkan rumah tangga yang memiliki televisi. Klasifikasi SES AGB Nielsen Media Reserch Indonesia didasarkan pengeluaran pokok rutin bulanan rumah tangga seperti listrik, air, bahan bakar, makanan, ongkos sekolah, dll. Dan TIDAK termasuk pengeluaran tambahan seperti rokok maupun tagihan bulanan seperti tagihan rumah, mobil, kartu kredit, dll.
Dalam penentuan responden, NMR menggunakan metode Stratified Random atau acak bertingkat dan dikontrol berdasarkan kelas sosial ekonomi (SES) juga berdasarkan rumah tangga yang memiliki televisi. Klasifikasi SES AGB Nielsen Media Reserch Indonesia didasarkan pengeluaran pokok rutin bulanan rumah tangga seperti listrik, air, bahan bakar, makanan, ongkos sekolah, dll. Dan TIDAK termasuk pengeluaran tambahan seperti rokok maupun tagihan bulanan seperti tagihan rumah, mobil, kartu kredit, dll.
Dalam klasifikasi SES Nielsen terdapat kategirisasi berikut: A1 ( > Rp 3.5000.000), A2 (Rp 2.500.001-3.500.000), B (Rp 1.750.001-2.500.000), C1 (1.250.001-1.750.000), C2 (Rp 900.001-1.250.000), D (Rp 600.001-900.000), dan E (< Rp 600.000).
Kriteria dari responden adalah pria dan wanita berusia 5 tahun ke atas, di rumah tangga yang memiliki televisi dalam keadaan baik. Metodologi survey kepemirsaan TV ini harus dilaksanakan sesuai dengan Global Guidelines for Television Audience Measurement (GG TAM) dan Nielsen TAM Gold Standard Worldwide yang diterapkan di negara-negara lain di seluruh dunia.
Sistem survei yang digunakan dengan alat Peoplemeter. Setiap responden yang terpilih akan dipasang alat itu di televisi mereka, yang dapat mendeteksi frekuensi TV. Alat ini terdiri dari handset yang berbentuk seperti remote control yang sudah diprogram untuk mencatat setiap anggota rumah tangga yang ada.
Jika salah satu anggota keluarga akan menonton suatu acara, mereka cukup menekan tombol khusus di handset yang sudah ditentukan. Setiap selesai menonton penonton harus memencet lagi tombol pertama. Dengan menggunakan metode Peoplemeter ini, margin of error dalam penghitungan data Nielsen berada di bawah 5 persen.
Secanggih apa pun metode penghitungan rating dan share yang dilakukan Nielsen, tentu saja tidak selalu memuaskan bagi pelaku bisnis televisi maupun masyarakat. Karena rating dan share tidak mengukur kualitas, banyak acara yang sebetulnya baik tapi karena ratingnya jeblok harus dihentikan.
Yah mau bagaimana lagi, bagi stasiun TV, angka rating sudah jadi panglima.
Baiklah, sekarang ini saya akan memberikan beberapa penjelasan tentang rating, share dan target audience
Survei AC Nielsen banyak menyasar kepada golongan dengan pengeluaran (bukan pendapatan) menengah ke bawah (CDE) karena golongan inilah yang banyak nonton TV
1. Mengapa kelas CDE yang jumlahnya lebih banyak disurvei, karena jumlah penonton TV memang dari golongan menengah ke bawah, jauh lebih banyak dibanding kelas AB (menengah atas); kalau digambarkan adalah spt piramida, dari puncak ke dasar adalah A, B, C, D, E. Dan berdasarkan prinsip keterwakilan maka memang seharusnya kelas CDE yang harus banyak disurvei sehingga keterwakilannya sebanding dengan jumlahnya. Mengapa AB sedikit nonton TV, karena mereka lebih punya banyak pilihan untuk menghibur dirinya sendiri, klopun nonton TV mungkin kabel TV, atau mereka lebih suka hang-out, atau berlibur atau nonton bioskop dan lain-lain. Sedangkan bagi kelas CDE, TV merupakan hiburan satu-satunya, murah, gratis klo perlu numpang tetangga...
2. Pendapat keliru jika menyimpulkan, bahwa program dengan rating tinggi adalah pasti sebuah program yang bagus dan berkualitas, ini salah besar. Angka rating hanya menunjukkan jumlah pemirsa yang menonton, jadi rating tidak berbanding lurus dengan kualitas. Jadi kalau sebuah program ratingnya rendah, bukan surveinya yang salah, tapi kita harus berbesar hati bahwa penonton Indonesia memang masih memilih acara-acara dengan kadar hiburan yang tinggi dibanding yang bersifat edukasi/ pengetahuan yang disampaikan secara kaku, istilah marketingnya 'hard sale'. Ini juga menjelaskan mengapa rating MetroTV atau TVOne yang sarat pengetahuan tidak begitu tinggi ratingnya, jadi ya harus kita akui baru di tingkat itulah kebanyakan penduduk Indonesia
3. Berdasar survei, wanita dan anak-anak (logis krn mereka banyak waktu, terlebih budaya Indonesia, wanita masih banyak berperan di daerah domestik) adalah penonton terbesar TV; jadi wajar kalau sinetron atau (bahkan) cerita-cerita dongeng (baca: mistik) ratingnya tinggi.
4. Saya pribadi juga tidak percaya 100 persen, rating Nielsen benar, tapi survei Nielsen dapat dijadikan acuan kasar trend menonton masyarakat. Saya nonton TV juga tidak berdasarkan ratingnya, tapi yang cocok dengan minat. Sepakbola sampai jam berapapun, terutama untuk tim-tim favorit, dinihari-pun dibela-belain untuk nonton, tapi (maaf) kalau sinetron, saya memang kurang suka, meski tidak sampai taraf benci.
5. Semoga mencerahkan dan bermanfaat
Share adalah prosentase pemirsa yang menonton satu chanel TV/program pada saat pada saat yang bersamaan. Misal: share tv SCTV hari ini 10 persen, artinya pada hari ini 10 persen penonton dari keseluruhan pemirsa tv menonton SCTV
Tidak ada komentar:
Posting Komentar