KABAR mengejutkan datang dari sinetron non primetime Indosiar yang bertajuk Bukan Salah Takdir (BST). Menjadi primadona pagi hari, BST tampil memukau secara rating. Sharenya stabil di kisaran 18-20% setiap kali tayang. BST juga menjadi salah satu unggulan Indosiar secara keseluruhan.
Mulai Senin depan, sinetron BST yang biasa menyapa pemirsa Indosiar setiap Senin-Jumat Pkl.10.00 WIB, pindah jam tayang menjadi pukul 18.00 WIB, setiap hari.
Apa yang begitu istimewa hingga sinetron dangdut pagi hari ini tiba-tiba dipindahkan ke jam primetime oleh Indosiar?
Pasca Tutur Tinular versi 2011 tamat, Indosiar kehilangan program jagoan. Kehadiran BST bisa dibilang angin segar. Di kala drama Korea, talk show, dan sinetron primetime tak mampu meraih share di atas 10, BST yang tayang pagi unjuk gigi. Cerita awal yang mirip sinetron Anugerah, dibalut dengan scoring dangdut khas Gentabuana Paramitha, di luar dugaan disukai pemirsa pagi.
Sepanjang masa tayangnya (Senin, 12/11 ini genap 46 episode), BST nyaris selalu jadi top 3 acara Indosiar. Beberapa kali malah menjadi acara nomor 1 Indosiar. Share-nya acap kali menembus 20. Akhir Oktober, beredar gosip di jejaring sosial bahwa BST segera tamat. Sepanjang episode 41-45 banyak sekali karakter yang dimatikan. Rini, kembaran Rina (Errina GD) mati ketabrak mobil. Deri (Choky Andriano) tewas ditusuk Linda (Fitri Ayu). Nessa (Anindika Widya) didorong ke jurang oleh Andi (Guntara Hidayat). Terakhir Revi (Billy Boedjanger) dibunuh orang suruhan Karin (Della Queen).
Hilangnya karakter-karakter itu membuat isu mau tamat makin kencang berembus. Apalagi Anindika lantas bergabung di Takdir Cintaku. Billy masuk di Mencari Jejak Bunda (MJB), yang tayang mulai Senin (19/11), di slot Pkl.10.00 WIB.
MJB hadir, BST tamat? Tidak. Senin (12/11) ini malah muncul promo BST mulai 19 November pindah jam tayang pukul 18.00 WIB! Ini artinya, mulai minggu depan BST bakal bersaing dengan Kutunggu Kau di Pasar Minggu, Super ABG, dan Aladdin. Mampukah?
Harus dipahami bahwa penonton pagi dan malam hari berbeda. Pagi waktunya orang bekerja, kuliah, dan sekolah. Penonton TV pagi lebih banyak ibu rumah tangga dan pekerja informal. Sementara pada jam primetime, Penonton tv kebanyakan menjadi terbelah. Tidak lagi hanya satu kepala, tetapi menjadi banyak kepala karna variatifnya program unggulan di saat primetime.
Contoh paling nyata, saat libur Idul Adha 26 Oktober, BST turun drastis ke peringkat 72 dengan TVR 1,4 dan share 10,6. Ini pencapaian terendah sepanjang masa tayang BST. Tapi episode selanjutnya, Senin 29 Oktober, normal lagi di peringkat 15 dengan TVR 2,4 dan share 22.
Well, sebenarnya agak riskan memindahkan BST. Beberapa karakter penting seperti Nessa, Deri, dan Revi, dimatikan. Konfliknya jadi kurang variatif. Belum lagi penonton malam hari yang sebelumnya tak pernah menonton BST, tentu akan bingung tiba-tiba menonton episode 51. Kalau pun BST berhasil memboyong semua penonton pagi ke malam (TVR 2-2,4), share-nya tak akan setinggi sekarang. Takdir Cintaku, produk Gentabuana yang tayang pukul 18.00 WIB, Jumat (9/11) lalu mampu meraih TVR 2,4, tapi share-nya hanya 10,2.
Terlepas bagaimana performa BST di jam tayang barunya, ini membuktikan bahwa program Indosiar masih identik, bahkan mengandalkan sinetron dangdut. Well, kita nantikan kiprah Bukan Salah Takdir di jam primetime, akankah masih menjadi primadona?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar