SENIN (17/6) malam kemarin, Indosiar kembali menocba peruntungannya dengan menayangkan sinetron kolosal di primetime. Terakhir, Brama Kumbara tayang di Indosiar Pkl.21.00 WIB dan itupun hanya dari Senin hingga Rabu. Namun mulai tadi malam, hadir Damar Wulan yang mengisi slot jam 7 malam di Indosiar. Damar Wulan menggeser slot tayang Sinema Indonesia yang biasanya mengisi slot ini, di mana akhirnya Sinema Indonesia tayang jam 9 malam.
Nah ada yang unik dari penayangan perdana Damar Wulan ini. Hadir dengan durasi selama 2 jam, sinetron ini sama sekali tidak dijeda dengan iklan, layaknya program televisi pada umumnya. Strategi ini terbilang melawan pakem dari penayangan sinetron di tv swasta. Karena tentunya tanpa iklan, tidak ada pendapatan yang masuk untuk membeli serial tersebut.
Tapi ternyata strategi Indosiar untuk merebut perhatian penonton di episode perdananya ini terbukti ampuh dan berhasil. Perhatian penonton langsung terarah pada sinetron kolosal produksi Gentabuana ini. Episode perdananya berhasil menembus 10 besar perolehan rating berdasarkan survey yang dilakukan oleh ABG Nielsen Indonesia.
Episode perdana Damar Wulan menempati peirngkat 6 dengan TVR 3,4 dan share 12,7 persen. Di segmen ALL, Damar Wulan bahkan berhasil mengalahkan sejumlah rivalnya seperti Opera Van Java, Monyet Cantik 2, Gajah Mada dan juga On The Spot.
Rasanya sudah lama sekali tidak melihat sinetron Indosiar masuk ke dalam 10 besar perolehan rating. Selama ini, Sinema Indonesia dan Take Me Out Indonesia lah yang mewakili Indosiar masuk ke dalam 10 besar dengan perolehan penonton tertinggi. Itupun rating keduanya juga tidak selalu stabil di 10 besar. Misalnya seperti Sinema Indonesia yang lebih sering menempati posisi belasan, tergantung pada pemain dan cerita yang dihadirkan. Sedangkan Take Me Out Indonesia belakangan ini juga jarang mengisis deretan 10 besar.
Gentabuana Paramitha selaku rumah produksi Damar Wulan memang adalah salah satu partner setia Indosiar. Dari era jaman 90-an, rumah produksi spesialis kolosal ini telah banyak berjasa mensukseskan Indosiar seperti sinetron kolosal Misteri Gunung Merapi dan Angling Dharma. Saat itu keduanya masih tayang mingguan (seminggu sekali).
Di era stripping, persaingan sinetron tentu berubah arah. Hampir mustahil untuk membuat sinetron kolosal di era stripping dengan tayang setiap hari layaknya seperti sinetron non kolosal. Indosiar sendiri menggandeng Soraya Intercine Film dalam memproduksi sinetron strippingnya. Judul-judul seperti Muslimah dan Inayah sukses melambungkan Indosiar kembali. Namun setelah itu, sinetron Indosiar terbilang melempem. Sampai akhirnya MD Entertaiment mengisi slot sinetron di Indosiar dan kembali menelurkan sinetron-sinetron sukses seperti Nada Cinta, Dia Anakku, Cinta Fitri Season 7, dan Antara Cinta dan Dusta. Namun kerjasama ini tidak lama setelah Indosiar dan SCTV berada dalam manajemen yang sama. MD pun hijrah ke rumah barunya di MNCTV.
Ditinggal MD Entertaiment, Indosiar kembali bekerja sama dengan Gentabuana dalam menghadirkan sinetron kolosal yang tayang setiap hari. Terbukti melalui sinetron kolosal Tutur Tinular Versi 2011, Indosiar kembali bersinar. Namun semakin melencengnya cerita Tutur Tinular Versi 2011, Indosiar kembali merosot. Judul-judul sinetron kolosal semisal Kisah 9 Wali, Layla Majnun, Ali Baba dan Brama Kumbara tidak mampu berbuah banyak di tengah gempuran sinetron milik RCTI, SCTV maupun MNCTV.
Setelah Damar Wulan tayang, Indosiar baru kembali mulai bangkit dengan sinetronnya. Namun hal ini masih terlalu dini untuk menyimpulkan kebangkitan sinetron Indosiar. Pertarungan sesungguhnya baru dimulai saat Damar Wulan yang dibintangi Ricco Verald dan Poppy Bungan ini memasuki episode-episode selanjutnya, dimana hadir dengan slot iklan juga.
Well, selamat untuk Indosiar. Semoga Damar Wulan nya tidak menjadi seperti Tutur Tinular 2011 dengan cerita 'ajaib' nya. Semoga!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar